Tuesday, 9 August 2011

Jabir Ibn Hayyan (700-778) Bapak Kimia (Peletak Dasar Ilmu Kimia Berdasarkan Metode Eksperimen di Laboratorium)

Nama ilmu kimia pertama kali diberikan oleh seorang ilmuwan Arab bernama Jabir Ibn Hayyan. Kimia berasal dari Bahasa Arab yaitu Al-Kimiya yang berarti perubahan materi yang kemudian diadopsi ke Bahasa Indonesia menjadi kimia dan Bahasa Inggris menjadi chemistry.

Ilmu kimia kini telah berkembang begitu pesat. Barat mampu mengembangkan ilmu tersebut untuk meraih berbagai
kemajuan. Meski sebenarnya, pada mulanya ilmu kimia dirintis oleh putra terbaik Islam dalam bidang tersebut, yaitu Abu
Musa Jabir Ibn Hayyan, yang di negeri Barat lebih akrab dipanggil dengan sebutan Ibnu Geber. Jabir lahir pada 766 M di
Kuffah, Irak. Ayahnya adalah ahli obat. Ia pernah mendapatkan bimbingan dari Imam Ja'far Sadiq dan seorang pangeran
dari Bani Ummayah, Khalid Ibn Yazid.


Dalam usia yang belia, ia telah menguasai ilmu pengobatan dengan bimbingan gurunya, Barmaki Vizir yang hidup pada
zaman Dinasti Abbasiyah di bawah kekuasaan Harun Al-Rasyid. Ia pernah bekerja di laboratorium dekat Bawwabah di
Damaskus. Dalam melakukan berbagai eksperimen ia menggunakan instrumen yang dibuatnya sendiri, yang berasal dari
logam, tumbuhan, dan hewan. Setelah beberapa lama di Damaskus, kemudian ia kembali ke tanah kelahirannya, Kuffah.

Berbagai eksperimen telah ia lakukan menggunakan teknik yang menakjubkan dalam bidang kimia yang kini menjadi
dasar dalam mengembangkan ilmu kimia modern. Di antaranya adalah kristalisasi, distilisasi/penyulingan, kalsinasi, dan
sublimasi. Jabir ibnu Hayyan juga membuat instrumen pemotong, pelebur, dan pengkristal. Jabir menyempurnakan
proses dasar sublimasi, penguapan,pencairan, kristalisasi, pembuatan kapur, penyulingan, pencelupan, dan pemurnian.
Ia juga meletakkan dasar teori oksidasi-reduksi, selain juga sematan atau fiksasi, dan amalgamasi., dan
oksidasi-reduksi. Semua teknik yang digunakan kala itu kemudian menjadi dasar pengembangan kimia modern.

Khusus mengenai kalsinasi dan reduksi ia menyatakan bahwa untuk mengembangkan kedua dasar ilmu itu, pertama
yang harus dilakukan adalah mendata kembali dengan metoda-metoda yang lebih sempurna, yakni metoda penguapan,
sublimasi, destilasi, penglarutan, dan penghabluran. Langkah selanjutnya adalah memodifikasi dan mengoreksi teori
Aristoteles mengenai dasar logam, yang tetap tidak berubah sejak awal abad ke 18 M. Dalam setiap karyanya, Jabir
melaluinya dengan terlebih dahulu melakukan riset dan eksperimen. Jabir juga telah memberikan sumbangan besar di
dunia kimia dengan menemukan mineral dan asam lainnya.

Terlepas dari kontribusinya meletakkan dasar ilmu kimia, termasuk secara luas mempersiapkan senyawa baru dan
mengembangkan metode kimia, ia juga mengembangkan sejumlah proses kimia terapan. Tak heran jika kemudian ia
menjadi pionir dalam ilmu terapan. Pencapaian Jabir dalam bidang ini adalah pengembangan logam, besi, penggunaan
mangan dioksida dalam pembuatan gelas, mencegah karat, pelapisan emas. Ia pun mampu mempermudah dan
membuat proses distilasi lebih sistematik Meski secara pesat Jabir menjadi pionir dalam bidang kimia, ia tak berhenti
untuk mengembangkan ilmunya. Ia kemudian mengembangkan sebuah teori yang disebut teori keseimbangan.

Para ahli kimia modern menyatakan bahwa teori tersebut menjadi terobosan baru dalam prinsip dan praktik kimia. Dalam
teorinya tersebut Jabir berusaha mengkaji keseimbangan kimiawi yang ada di dalam suatu interaksi zat-zat berdasarkan
sistem numerologi, yang merupakan studi makna mistis dari sesuatu dan pengaruhnya atas hidup manusia, yang ia
terapkan dalam kaitan dengan alfabet 28 huruf Arab untuk memperkirakan proporsi alamiah dari produk sebagai hasil dari
reaktan yang bereaksi. Teori ini memiliki arti esoterik, karena kemudian menjadi pendahulu penulisan jalannya reaksi
kimia. Melalui teori ini kemudian terurailah proses pembuatan asam anorganik.

Di antaranya adalah hasil penyulingan tawas, amonia khlorida, potasium nitrat dan asam sulferik. Pelbagai jenis asam
diproduksi pada kurun waktu eksperimen kimia yang merupakan bahan material berharga untuk beberapa proses
industrial. Penguraian beberapa asam terdapat di dalam salah satu manuskripnya berjudul Sandaqal Hikmah atau
rongga dada kearifan. Berdasarkan penelitian terhadap peralatan yang ditemukan di laboratorium milik Jabir yang telah
runtuh, ia rupanya telah mengelompokkan perumusan tiga tipe berbeda dari zat kimia berdasarkan unsur-unsurnya.

Pertama adalah air yang mempengaruhi penguapan pada proses pemanasan, seperti pada bahan camphor, arsenik dan
amonium klorida. Kedua adalah logam seperti pada emas, perak, timah, tembaga, besi, dan ketiga adalah senyawa yang
dapat dikonversi menjadi semacam bubuk. Buku-buku karangannya, telah pula diterjemahkan ke dalam bahasa latin dan
berbagai bahasa Eropa. Terjemahan atas karyanya begitu terkenal di Eropa dan dalam beberapa abad lamanya menjadi
rujukan dalam mengembangkan ilmu kimia. Dan sejumlah istilah teknis yang dikenalkan oleh Jabir, seperti alkali, hingga
sekarang telah diadopsi ke dalam bahasa Eropa dan menjadi perbendaharaan kata ilmiah di dunia.

Di antara buku yang terkenal dan menjadi rujukan di Eropa adalah Kitab Al-Kimya dan Kitab Al-Sab'een, yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Terjemahan Kitab Al-Kimya kemudian diterbitkan ilmuwan Inggris, Robert Chester
pada 1444, dengan judul The Book of the Composition of Alchemy sedangkan Kitab Al-Sab'een diterjemahkan oleh Gerard
Cremona. Pada 1678, seorang Inggris lainnya, Richard Russel, mengalihbahasakan karya Jabir yang lain dengan judul
Summa of Perfection. Buku ini menjelaskan mengenai sebuah reaksi kimia, air raksa (merkuri) dan belerang (sulfur)
bersatu membentuk satu produk tunggal, tetapi adalah salah menganggap bahwa produk ini sama sekali baru dan
merkuri serta sulfur berubah keseluruhannya secara lengkap.

Yang benar adalah bahwa keduanya mempertahankan karakteristik alaminya, dan segala yang terjadi adalah sebagian
dari kedua bahan itu berinteraksi dan bercampur, sedemikian rupa sehingga tidak mungkin membedakannya secara
seksama. Jika dihendaki memisahkan bagian-bagian terkecil dari dua kategori itu oleh instrumen khusus, maka akan
tampak tiap elemen (unsur) mempertahankan karakteristik teoretisnya. Hasilnya adalah suatu kombinasi kimiawi antara
unsur yang terdapat dalam keadaan keterkaitan permanen tanpa perubahan karakteristik masing-masing unsur.

Berbeda dengan pengarang sebelumnya, Richard lah yang pertama kali menyebut Jabir dengan sebutan Geber, dan
memuji Jabir sebagai seorang pangeran Arab dan filsuf. Buku ini kemudian menjadi sangat populer di Eropa selama
beberapa abad lamanya. Dan telah pula memberi pengaruh pada evolusi ilmu kimia modern. Karya lainnya yang telah
diterbitkan adalah Kitab Al Rahmah, Al Tajmi, Al Zilaq al Sharqi, Book of The Kingdom, Book of Eastern Mercury, dan Book
of Balance. Seluruh karya Jabir ibn Hayyan lebih dari 500 studi kimia, tetapi hanya beberapa yang sampai pada abad
pertengahan. Jabir Ibn Hayyan meninggal pada 803 M di Kuffah. Namun namanya tetap harum sebagai ilmuwan Muslim
yang berprestasi tinggi hingga kini.

No comments:

Post a Comment